Profil Kota Tangerang Selatan
Tulisan : Cerdas, Modern dan Religius
Kota Tangsel memiliki motto “Cerdas, Modern dan Religious”, sifat-sifat mulia yang menjadi tantangan dan harapan semua pihak. Berharap memiliki masa depan yang benderang mutlakmembutuhkan rancang bangun yang baik meliputi, tahapan-tahapan terukur,setidaknya mengacu kepada konsep kehidupan yang ingin diwujudkan:cerdas-modern-religius.
Masa depan benderang dalam konteks “Cerdas” menyangkut dunia pendidikan dengan segala aspek keterkaitannya : infrastruktur fisik (bangunan sekolah, laboratorium, perpustakaan, dan semacamnya), perangkat lunaknya, rancang muatan kurikulumnya, system dan prosedur administrasi, serta kesejahteraan pegawai dan tenaga pendidiknya, termasuk standar mutu peserta didiknya.
Masa depan benderang dalam konteks “Modern” menyangkut banyak faktor kehidupan yang satu sama lain saling terkait, tak dapat dipungkiri bahwa pendidikan formal terstruktur dominan membentuk perilaku manusia.Seseorang atau suatu kelompok masyarakat dapat dikatakan modern, umumnya manakala kelompok masyarakat bersangkutan memiliki tatakrama kehidupan “saling menghormati,beretika, dan berbudaya”, jarang terjebak dalam konflik terbuka dan berkepanjangan.
Masa depan benderang dalam konteks “Religius” merupakan puncak kesempurnaan kehidupan, hampir dapat dipastikan manakala sekelompok orang atau mayoritas masyarakat sebuah wilayah sudah sampai pada fase kehidupan cerdas dan modern, maka sesungguhnya masyarakat tersebut dapat juga dikatakan sudah masuk pada fase religius.
SEJARAH TERBENTUKNYA KOTA TANGSEL
SEJARAH KOTA TANGERANG SELATAN
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang terbentuk pada akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten tertanggal 26 November 2008. Pembentukan daerah otonom baru tersebut, merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang, dilakukan dengan tujuan meningkatkan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Untuk dapat memberikan gambaran Kota Tangerang Selatan dari berbagai sisi dibutuhkan dokumen yang memuat di antaranya gambaran umum perwilayahan, kependudukan, sosial, budaya, ekonomi dan kelengkapan infrastruktur. Dengan adanya gambaran tersebut akan dapat diketahui permasalahan serta potensi yang dapat dikembangkan bagi pembangunan Kota. Profil Kota Tangerang Selatan ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para pihak, termasuk Pemerintah Kota sendiri maupun masyarakat Kota Tangerang Selatan dan para pakar pembangunan maupun para penanam modal dan calon penanam modal dalam pengambilan kebijakan atau keputusan lain.
Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten yaitu pada titik koordinat 106°38’ – 106°47’ Bujur Timur dan 06°13’30” – 06°22’30” LintangSelatan dan secara administratif terdiri dari 7 kecamatan, 49 kelurahan dan 5 desa dengan luas wilayah 147,19 Km2 atau 14.719 Ha. Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Tangerang
- Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor & Kota Depok
- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang
Visi Kota Tangerang Selatan adalah :“Terwujudnya Kota Tangerang Selatan yang Mandiri, Damai dan Asri” sedangkan Misi Kota Tangerang Selatan adalah :
1) Meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat
2) Meningkatkan keharmonisan fungsi ruang kota yang berwawasan lingkungan
3) Menata sistem sarana dan prasarana dasar perkotaan
4) Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan masyarakat
5) Meningkatkan fungsi dan peran kota sebagai sentra perdagangan dan jasa
6) Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
KEADAAN PENDUDUK
Jumlah penduduk merupakan aset bagi suatu daerah yang mempunyai peran cukup besar dalam menentukan percepatan pembangunan daerah apabila didukung dengan kualitas yang baik. penduduk mempunyai dua peranan dalam bidang ekonomi yaitu sebagai produsen dan konsumen. Perkembangan penduduk suatu daerah ditentukan oleh tingkat kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 oleh BPS Kota Tangerang Selatan jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan adalah 1.290.322 jiwa, kepadatan penduduk di wilayah ini mencapai 8.856 orang/Km2 pada tahun 2010. Penduduk berjenis kelamin laki-laki sebesar 652.281 jiwa sedangkan perempuan 638.041 jiwa. Rasio jenis kelamin adalah sebesar 102,23, yang menunjukkan bahwa jumlah laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah perempuan.
SOSIAL BUDAYA
Indikator makro pembangunan di antaranya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menjadi ukuran pembangunan dalam pemenuhan tiga unsur, yaitu peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dan peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan produktif. IPM Kota Tangerang Selatan tahun 2010, berdasarkan perhitungan sementara BPS Kota Tangerang Selatan, adalah sebesar 75,38 meningkat dari angka perbaikan tahun 2009 yang sebesar 75,01. Angka tersebut termasuk ke dalam kategori “menengah atas” dan termasuk dalam kategori tinggi di Provinsi Banten. Pendidikan merupakan salah satu sektor yang penting dalam hal peningkatan kualitas manusia. Indikator pendidikan yaitu angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS) digunakan sebagai variabel dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) selain indikator kesehatan dan indikator ekonomi. AMH Kota Tangerang Selatan tahun 2010 berdasarkan perhitungan sementara BPS adalah sebesar 98,15% (meningkat 0,01% dari angka perbaikan tahun 2009 yang sebesar 98,14%) sedangkan RLS tahun 2010 sebesar 10,15 tahun (meningkat dari angka perbaikan tahun 2009 yaitu sebesar 9,95 tahun). Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2010 menunjukkan bahwa penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA berjumlah paling besar yaitu 32,35%. Penduduk dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi juga cukup tinggi, yaitu 15%.
Dalam rangka menekan pertambahan jumlah penduduk, pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) bagi para Pasangan Usia Subur (PUS). Jumlah peserta KB baru tahun 2010 adalah 31.956 orang dari 24.743 orang total perkiraan permintaan masyarakat (PPM) atau melebihi target sebesar 21,40%. Petugas Keluarga Berencana berjumlah petugas KB sebanyak 766 orang yang terdiri dari 246 orang dokter dan 520 orang bidan.
Masyarakat Kota Tangerang Selatan berasal dari berbagai macam suku dan budaya, penduduk aslinya adalah masyarakat betawi, sunda dan selebihnya adalah masyarakat urban yang berdatangan dari berbagai daerah.
POTENSI PARIWISATA
Kota Tangerang Selatan dikenal dengan kota modern yang kaya akan wisata kulinernya di kawasan BSD. Hal ini menandakan bahwa Kota Tangerang Selatan memiliki peluang investasi yang bagus bagi para investor dan dapat meningkatkan perekonomian di Kota Tangerang Selatan dan di Banten pada umumnya.
Selain terdapat potensi wisata kuliner di kawasan BSD-Serpong, juga terdapat wisata alam seperti Situ Gintung di Ciputat, Situ Pamulang, Kandang Jurang di Jurangmangu, Taman Kota di Serpong, Waterpark dan lain-lain. Kota Tangerang Selatan sebagai kota yang berdampingan langsung dengan wilayah selatan Jakarta juga mendapatkan akses untuk menuju tempat wisata yang ada di Jakarta, hal ini akan mempengaruhi tingkat keramaian masyarakat yang melintasi Kota Tangerang Selatan yang hendak berwisata.
(diolah dari berbagai sumber)
pembangunan infrastruktur seiring makin tingginya jumlah penduduk. Pembangunan jalan, jembatan layang, terminal, dan transportasi massal mendesak untuk mempermudah mobilitas warga.
4 Prioritas Pembangunan Kota Tangerang Selatan Menuju Tangsel Unggul, Inovatif, dan Layak Huni Tahun 2024
Kebijakan pembangunan tahun 2024 kota Tangerang Selatan diarahkan pada peningkatan kualitas Tangsel unggul inovatif dan layak huni. Dimana ada empat program prioritas di dalamnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang Selatan tahun 2024, di Swiss-Belhotel, Serpong, pada Kamis (30/03).
“Pertama mulai dari peningkatan kualitas dan kompetensi Sumber Daya Manusia, peningkatan konektivitas dan kualitas sarana prasarana perkotaan, mendorong pertumbuhan investasi di sektor perdagangan dan jasa, dan peningkatan kualitas layanan publik melalui inovasi tata kelola pemerintahan,” ujar Benyamin.
Dimana prioritas pembangunan tersebut untuk mencapai target kinerja yang harus dicapai. Mulai dari Indeks Pembangunan Manusia hingga penurunan angka kemiskinan ekstrem.
“Target di tahun 2024, Indeks Pembangunan Manusia menjadi 82,4, laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,9 persen, tingkat kemiskinan 1,75 persen, tingkat pengangguran terbuka 5,87 persen,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, ratio gini juga ada di angka 0,339. Angka stunting menjadi 7 persen dan kemiskinan ekstrem hingga 0 persen.
Capaian tersebut kata Benyamin, dibutuhkan kolaborasi dan peran serta aktif dari seluruh pihak. Baik masyarakat, akademisi, pers dan pihak swasta.
“Termasuk bersama Pemerintah Pusat dan Provinsi Banten dalam pembangunan yang strategis meliputi lintas wilayah,” kata Benyamin.
Di antaranya kata Benyamin, pelebaran dan perbaikan ruas-ruas jalan nasional dan Provinsi, perwujudan TOD pada stasiun dan terminal, perwujudan transportasi massal seperti LRT atau MRT.
“Hingga vokasi pendidikan menengah atas agar Linked and match dengan yang dibutuhkan dunia kerja, hingga penataan kawasan kumuh,” ucapnya.
Tak hanya itu, ia juga menekankan kepada seluruh Kepala Perangkat Daerah untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah yang ada.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda), Eki Herdiana mengatakan Musrenbang RKPD ini sebagai wadah ataupun forum interaksi dan sinkronisasi antara pemangku kepentingan di dalam perencanaan pembangunan di Kota Tangerang Selatan.
“Ini merupakan tahap akhir forum publik yang bertujuan untuk memaduserasikan usulan masyarakat dengan prioritas pembangunan dengan RPJMD 2021-2026,” ucapnya.
Dimana sebelumnya telah dilakukan rangkaian forum konsultasi publik, musrenbang kelurahan, kecamatan serta forum lintas perangkat daerah.
“Ada yang berbeda tahun ini diselengarakannya pra musrenbang, berupa diskusi untuk menyepakati permasalahan dan isu strategis. Lalu arah kebijakan, sasaran dan prioritas pembangunan,” pungkasnya. (rls)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2023
Proses pembetonan Jalan Siliwangi, Jumat (15/4), masih juga belum tuntas. Masih ada beberapa titik yang belum dicor sehingga kendaraan terpaksa berjalan perlahan untuk turun dari beton ke jalan yang lebih rendah. Sebagian ruas menyempit sehingga menyebabkan antrean dan membahayakan, terutama bagi pengendara sepeda motor karena rawan tersenggol dan jatuh.
Di jalan ini pula dapat dilihat tiang-tiang listrik berdiri di tengah badan jalan. Tiang-tiang listrik ini belum digeser sekalipun jalan sudah dilebarkan. Padahal, jalan ini merupakan salah satu jalan utama di Kota Tangerang Selatan yang membentang dari Universitas Pamulang ke arah Jalan Puspitek Raya.
Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany mengatakan, status jalan itu adalah jalan provinsi sehingga pembangunannya merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Banten. "Namun, kami terus mendorong agar pembangunan jalan itu cepat diselesaikan, termasuk meneruskan pelebaran jalan hingga Jalan Puspitek Raya," katanya.
Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangerang Selatan Retno Prawati mengatakan, pelebaran jalan di sejumlah lokasi masih menjadi prioritas. Masih banyak jalan sempit sehingga memicu kemacetan.
Beberapa jalan yang sudah dibuat lebar adalah Jalan Ciater Raya yang menjadi percontohan bagi pembangunan jalan di lokasi lain. Masih banyak jalan yang lebarnya hanya 6-8 meter, kemudian tidak ada trotoar di kanan dan kiri jalan untuk para pejalan kaki.
Selain itu, persimpangan jalan juga akan ditata. Beberapa persimpangan yang kerap menimbulkan kemacetan parah adalah Simpang Gaplek, Simpang Pasar Serpong, dan Simpang Sudimara. Ketiganya akan diatasi dengan membangun jalan layang.
Simpang Gaplek saat ini dalam proses pembebasan lahan yang mencapai 80 persen. Sementara pembangunan jalan layang pada Simpang Pasar Serpong dan Simpang Sudimara menjadi program Pemprov Banten.
Pemkot Tangsel tahun 2016 menganggarkan dana sebesar Rp 400 miliar untuk bina marga dan sumber daya air, sekitar 13 persen dari total APBD Tangsel sebesar Rp 3 triliun. Dana itu antara lain digunakan untuk membenahi jalan-jalan kota yang panjangnya 405.600 kilometer di tujuh kecamatan, serta mengurangi titik rawan banjir.
Tangsel memiliki sembilan situ yang berfungsi sebagai pengendali banjir, yaitu Situ Rompong, Situ Kayu Antap, Situ Bungur, Situ Legoso, Situ Parigi, Situ Ciledug, Situ Pamulang, Situ Gintung, dan Situ Pondok Jagung. Namun, Situ Gintung telah menjadi bendungan dan Situ Kayu Antap sudah jadi permukiman.
Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane telah memulai revitalisasi situ-situ tersebut sejak tahun 2015. Revitalisasi masih berjalan pada Situ Pamulang dan Situ Pondok Jagung yang direncanakan selain mengembalikan fungsinya sebagai pengendali banjir juga menjadi area wisata bagi warga. Selain itu, tandon-tandon air dibuat untuk mengganti lahan serapan yang hilang akibat pembangunan perumahan. Tandon yang telah dibangun dan mulai berfungsi adalah Tandon Ciater.
Tawarkan ke swasta
Dengan banyaknya warga Tangsel yang bekerja di Jakarta, transportasi massal di Tangsel masih sangat minim. Jumlah penumpang KRL arah Serpong terus meningkat dari tahun ke tahun. Data dari PT KAI Commuter Jabodetabek menunjukkan, penumpang jurusan Serpong menyumbang 11,87 persen dari total jumlah penumpang per hari yang 737.037 orang (Kompas, 29 Desember 2015).
Namun, belum ada angkutan pengumpan yang memadai yang menghubungkan lima stasiun yang ada di Tangsel ke berbagai wilayah. Penumpang KRL kebanyakan memilih memarkir kendaraan mereka di stasiun, selain naik angkutan umum atau ojek. Akibatnya, kerap terjadi kemacetan di stasiun karena menumpuknya kendaraan.
Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Tangsel Sukanta mengatakan, Pemkot Tangsel telah merangcang angkutan Trans Anggrek Circle Line, bus pengumpan yang akan mengitari lima stasiun di Tangsel, yaitu Serpong, Rawa Buntu, Sudimara, Jurang Mangu, dan Pondok Ranji.
Sejauh ini, baru ada lima bus Trans Anggrek yang dioperasikan sebagai uji coba. Trans Anggrek ini melayani koridor dua yang melintas dari Pondok Cabe ke Stasiun Rawa Buntu. Namun, Trans Anggrek hanya beroperasi pada pukul 06.00-09.00, 11.00-14.00, dan 16.00-18.00.
Minimnya angkutan bus terlihat di Terminal Pondok Cabe yang dalam proses revitalisasi. FX Sadino dari PO Gunung Mulia mengatakan, hanya ada bus antarkota antarprovinsi di terminal itu yang selama ini beroperasi. Bus kota yang beroperasi selama ini hanya Trans Anggrek, itu pun sangat terbatas.
Namun, Pemkot Tangsel tidak menganggarkan secara khusus untuk pengembangan transportasi massal. Airin mengatakan, Pemkot Tangsel menawarkan kepada investor untuk pengembangan Trans Anggrek Circle Line karena pemkot tidak mampu jika harus menanggung semua kebutuhan itu sendirian.
Airin mengatakan, ke depan, ia berharap pembangunan kereta ringan (LRT) yang seharusnya berakhir di Lebak Bulus bisa diteruskan hingga Pamulang.
Djaka Badranaya, pengajar Studi Pembangunan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, mengatakan, infrastruktur tetap harus menjadi prioritas, terutama pengembangan transportasi publik serta kebutuhan dasar, seperti akses air bersih dan penyaluran gas ke rumah tangga. Akan tetapi, kapasitas sumber daya manusia di pemerintahan ataupun warga juga harus ditingkatkan.
"Yang dibutuhkan Tangsel tidak hanya fisik, tetapi pembenahan sistem, model pelayanan publik yang cepat dan efektif, serta reformasi birokrasi yang konkret," kata Djaka. (PIN/UTI)